![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgz9cH7SN3Q5Vfl2zp0OXkECLiM0zkzAKEFc4KUw1xg4lp6Wm4Hm5JvyREL-2BUp56GVNmKKOWUQkDUy9R2pOAuzBkJgMOH1uSTkz8Hj4EMh2nD_DOYkYP9Ze-VchX3am-1j1Hxt7wwbYEc/s1600/031004400_1419997993-ilustrasi-air-asia-15-141228.jpg)
Namun, meski belum diketahui sebab musababnya, ada beberapa kejanggalan yang muncul dalam musibah tersebut, berikut ulasannya.
1. AirAsia Tidak Ambil Data Cuaca Saat Terbang
Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mendapatkan fakta baru yang cukup mencengangkan sebelum pesawat AirAsia QZ8501 hilang kontak. Rupanya, AirAsia tidak mengambil data cuaca dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sebelum pesawat tersebut terbang.
"Berdasarkan laporan Kepala BMKG Kepada Menteri Perhubungan (Ignasius Jonan), bahwa memang AirAsia
tidak mengambil (Dari BMKG di Sidoarjo) data cuaca sebelum terbang,"
kata Staf Khusus Menteri Perhubungan Hadi M Djuraid saat konferensi
pers, Jakarta, Jumat (2/1/2014) lalu.
AirAsia
baru mengambil data cuaca BMKG pukul 07.00 WIB setelah Pesawat QZ8501
dinyatakan hilang kontak pada 07.55. Adapun, pesawat tersebut berangkat
dari Bandara Juanda pada pukul 05.36 WIB.
Menurut Hadi, tidak diambilnya data cuaca sebelum pesawat terbang oleh AirAsia akan diinvestigasi kebijakannya oleh Kemenhub.
Menurut Hadi, tidak diambilnya data cuaca sebelum pesawat terbang oleh AirAsia akan diinvestigasi kebijakannya oleh Kemenhub.
Apabila
melanggar standar operasional prosedur (SOP), maka Kemenhub akan
bertindak tegas. Bahkan karena hal itu pula Menhub Jonan sempat marah
saat mendatangi Kantor AirAsia di Cengkareng, Tangerang. Pasalnya, karena hal itu, briefing pilot sebelum terbang terkait data cuaca tidak dilakukan AirAsia.
2. AirAsia QZ8501 Seharusnya Tidak Terbang Hari Minggu
AirAsia
QZ 8501 yang mengalami musibah ternyata tidak dijadwalkan untuk terbang
di hari Minggu. Jadwal untuk penerbangan pada hari itu pun tidak ada.
"Bahwa
rute Surabaya-Singapura (PP) yang diberikan kepada Indonesia Air Asia
adalah sesuai dengan jadwal penerbangan pada hari Senin, Selasa, Kamis
dan Sabtu," ujar Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Perhubungan
J.A. Barata di Jakarta, Jumat (2/1/2015) lalu.
Namun, kenyataannya pelaksanaan penerbangan AirAsia
rute Surabaya-Singapura (PP) dilaksanakan di luar izin yang diberikan,
yakni antara lain pada hari Minggu. Atas perubahan tersebut, sampai saat
ini pihak AirAsia tidak mengajukan permohonan perubahan hari operasi kepada Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.
Lalu yang menjadi pertanyaan, siapakah yang memberikan izin terbang AirAsia Qz 8501?
Barata tidak menjelaskan lebih lanjut soal itu, namun ia menegaskan bahwa apa yang dilakukan pihak AirAsia jelas merupakan sebuah pelanggaran atas persetujuan rute yang sudah diberikan.
Barata tidak menjelaskan lebih lanjut soal itu, namun ia menegaskan bahwa apa yang dilakukan pihak AirAsia jelas merupakan sebuah pelanggaran atas persetujuan rute yang sudah diberikan.
3. ATC Tidak Memberitahukan Soal Kondisi Cuaca
Air Traffic Control (ATC) Bandara Soekarno-Hatta
diduga tidak memberitahukan cuaca buruk di atas Selat karimata.
Padahal, sebelumnya BMKG sudah merilis data cuaca bahwa ada awan
cumulonimbus yang menjulang tinggi hingga 40 ribu kaki.
Selain itu, sesaat sebelum pesawat dinyatakan hilang kontak, pilot pesawat AirAsia meminta naik ketinggian ke ketinggian 38 ribu kaki untuk menghindari awan ke arah kiri.
Komunikasi
itu terjadi sekitar pukul 06.12 WIB, saat pesawat yang diterbangkan
oleh Kapten Irianto ini berada pada ketinggian 32 ribu kaki.
"Pada
saat kontak ATC radar Jakarta mengidentifikasi pesawat pada layar
radar, pada saat kontak (pilot) pesawat menyatakan ingin menghindari
awan ke arah kiri, dari rute M 635 dan minta naik ke tinggian ke 38 ribu
kaki," kata Dirut Airnav Ignatius Bambang Tjahjono saat dihubungi,
Minggu (28/12/2014) lalu.
Pada pukul 06.17 pesawat hanya tampak
berupa sinyal. Hal itu beriringan dengan hilangnya kontak antara kru di
pesawat dengan ATC.
4. AirAsia Terbang Tidak Membawa Dokumen Keselamatan
Pihak AirNav menuding bahwa AirAsia
Qz8501 terbang tanpa dokumen keselamatan penerbangan. Dokumen tersebut
adalah Emergency Airworthiness Directive yang diterbitkan European
Aviation Safety Agency 9 Desember 2014 untuk Airbus jenis A320-216 yang
dipakai AirAsia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar